Suara.com - Mifta (17 tahun) tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya lepas dari gejala kejang dari penyakit epilepsi yang dideritanya sejak usia 11 tahun. Dulu, sebelum menjalani bedah epilepsi, setiap minggu Ia bisa merasakan kejang sekali hingga dua kali. Hal ini sangat mengganggu aktivitasnya sebagai pelajar.
"Sejak menjalani bedah epilepsi pada 8 Januari 2017 lalu, Alhamdulillah saya tidak merasakan kejang lagi. Padahal sebelumnya setiap seminggu 1-2 kali kambuh," ujar Miftah di sela-sela seminar awam 'Bedah Epilepsi' di RSU Bunda Jakarta, Sabtu (15/4/2017).
Menanggapi hal ini, Prof Zainal Muttaqin SpBS, PhD selaku pakar bedah epilepsi dari Epilepsi Center RSU Bunda mengatakan, jika dulu bedah menjadi jalan terakhir dari upaya penanganan epilepsi, maka kini semakin awal pembedahan dilakukan, hasilnya akan semakin baik.
"Bedah epilepsi bukan cara terakhir. Kalau semua upaya gagal lalu baru operasi itu bukan. Kita ingin kalau kita bisa temukan kasus layak untuk dilakukan tindakan epilepsi itu lebih baik," tambah dia.
Ada beberapa kriteria penyandang epilepsi yang sebaiknya menjalani pembedahan diantaranya penyandang epilepsi parsial yang sulit dikendalikan dengan pengobatan.
"Jika pasien sudah diobati dengan dua jenis atau lebih obat epilepsi selama 1-2 tahun namun kondisinya tidak membaik, dalam artian kejangnya sulit dikendalikan, maka dapat dipertimbangkan pembedahan," ujarnya lagi.
Penanganan bedah epilepsi sendiri di Indonesia sebelumnya hanya mampu dilakukan oleh Prof Zainal di RSUP Dr Kariadi, Semarang. Kini Prof Zainal juga menjadi konsultan bedah saraf di Epilepsi Center RSU Bunda Jakarta.
Minimnya dokter spesialis bedah saraf yang mendalami bedah epilepsi ini, kata dia, disebabkan oleh tuntutan hasil yang sempurna dan tidak boleh meninggalkan dampak di otak paska operasi.
"Tantangan bedah epilepsi ini sangat tinggi, kalau hasilnya nggak baik maka yang disalahkan adalah tindakan operasinya. Secara kode etik angka kematian paska bedah plastik harus mendekati 0. Itu sebabnya masih belum banyak dokter bedah saraf yang berani melakukannya," ujar dia.
Setelah operasi, pasien akan dievaluasi selama kurun 1-2 tahun. Bagi pasien yang bebas kejang enam bulan hingga setahun paska operasi, pemberian obat anti epilepsi bisa dikurangi perlahan hingga akhirnya pasien bisa berhenti konsumsi obat.