Wah, Separuh Perempuan Lakukan Mastektomi Salah Baca Data DNA

Kamis, 13 April 2017 | 17:15 WIB
Wah, Separuh Perempuan Lakukan Mastektomi Salah Baca Data DNA
Ilustrasi Periksa Payudara Sendiri (Sadari) untuk deteksi dini kanker payudara. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuan penelitian terbaru mengatakan jika separuh perempuan Amerika Serikat yang melakukan mastektomi ganda dianggap sia-sia dan tidak perlu karena dokter telah salah membaca data uji genetik mereka.

Tingkat perempuan yang melakukan mastektomi tiba-tiba meroket sejak Angelina Jolie, pada 2013 melakukan hal yang sama, karena dianggap memiliki risiko terkena kanker payudara yang tinggi.

Aktris ini memilih menghapus kedua payudaranya karena tes menunjukkan ia membawa gen BRCA1 yang bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara hingga sebesar 87 persen.

Dalam empat tahun sejak hal tersebut, jutaan perempuan Amerika telah melakukan uji genetik, dan dalam banyak kasus, melanjutkan untuk kemudian mengangkat kedua payudara mereka.

Baca Juga: Ditanya Kapan Nikah, Dewi Perssik Takut Nabrak

Namun, para peneliti di Stanford University School of Medicine mengklaim bahwa setengah dari mereka yang menjalani mastektomi ganda setelah pengujian genetik tidak benar-benar memiliki mutasi yang diketahui meningkatkan risiko kanker.

Mereka juga memperingatkan meskipun pengujian genetik adalah hal yang umum dan murah, hal tersebut juga menghasilkan data yang membingungkan.

Munculnya gen multipleks yang secara bersamaan menguji mutasi atau variasi dalam gen yang berbeda dapat membuat hasil yang sulit ditafsirkan tanpa bantuan seorang konselor genetik yang terlatih.

Dalam sebuah studi nasional yang diwakili oleh 2.000 perempuan, para peneliti menemukan 50 persen dari pasien hanya memiliki varian signifikansi atau VUs, yang merupakan varian gen yang tidak jelas dan pada akhirnya sering kali tidak berbahaya.

Para ahli mengatakan penelitian ini menyoroti betapa mendesaknya akan kebutuhan konselor genetik untuk membantu pasien dan dokter lebih memahami hasil pengujian genetik di tengah lonjakan popularitas untuk melakukan prosedur mastektomi di tengah masyarakat.

Baca Juga: Bank DKI Bantah Bantu Kampanye Ahok

"Temuan kami menunjukkan pemahaman yang terbatas antara dokter dan pasien tentang arti hasil tes genetik," kata Allison Kurian, MD, profesor kedokteran dan penelitian kesehatan dan kebijakan di Stanford.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI