Obesitas Paling Banyak Dialami Perempuan, Mengapa?

Kamis, 16 Maret 2017 | 07:30 WIB
Obesitas Paling Banyak Dialami Perempuan, Mengapa?
Ilustrasi kegemukan (obesitas). (sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Survei yang dilakukan peneliti Helda Khusun Msc, PhD dari Southeast Asian Ministries of Education Organization (SEAMEO-REFCON), menemukan bahwa angka kejadian obesitas di Indonesia paling banyak dialami perempuan dengan presentase 29.6 persen dibandingkan laki-laki sebesar 17.4 persen.

Temuan lain yang menarik, semakin rendah stasus sosial ekonomi perempuan maka semakin tinggi pula risikonya mengalami obesitas. Hal ini berbanding terbalik pada laki-laki, dimana semakin baik status sosial ekonomi maka risiko obesitas meningkat.

"Penyebabnya bisa dipicu karena aktivitas fisik perempuan yang memang sangat 'sedentary'. Seperti diketahui gaya hidup lebih banyak diam memicu peningkatan risiko obesitas," ujar Helda pada temu media yang dihelat Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) cabang DKI Jakarta, Rabu (15/3/2017).

Sedangkan alasan mengapa status sosial ekonomi berpengaruh pada kecenderungan perempuan mengalami obesitas, ia menjelaskan teori yang melatarbelakanginya. Menurut Helda, pemrograman metabolisme terjadi sejak janin berada dalam kandungan.

"Orang-orang yang lahir dengan berat badan rendah, karena faktor ekonomi misalnya kecukupan nutrisi yang kurang saat hamil, itu lebih tinggi risiko penyakit jantung, obesitas, atau penyakit tidak menular lainnya ketika dewasa. Jadi memang kondisi lingkungan dimana janin berkembang mempengaruhi pemrograman metabolisme," tambah dia.

Obesitas, menurut Helda, tidak hanya disebabkan karena faktor tunggal. Pada survei yang dilakukannya, obesitas pada perempuan juga dipengaruhi oleh konsumsi keripik, minuman manis non susu dan umbi-umbian.

"Di samping itu, kurangnya aktivitas fisik yang ditandai tidak pernah melakukan aktivitas fisik juga berisiko 2.7-3 kali lebih besar menjadi obesitas," pungkas dia.












BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI