Suara.com - Jika Anda termasuk orang yang bekerja lebih dari 39 jam selama seminggu, maka waspadai risiko mengidap berbagai penyakit baik fisik maupun mental.
Studi terkini yang dilakukan The Australian National University (ANU), menyerukan revisi batas durasi kerja yang mencapai 48 jam per minggu. Menurut penelitian, UU Ketenagakerjaan harus mempertimbangkan angka tersebut karena dinilai memicu berbagai risiko penyakit pada para pekerja.
Peneliti juga merekomendasikan batas maksimal kerja 39 jam per minggu agar pekerja dapat menjalani hidup sehat dan seimbang.
"Jam kerja yang berlebihan dapat memicu risiko kesehatan fisik dan mental seseorang karena ia hanya memiliki waktu yang terbatas untuk peduli pada kesehatan mereka sendiri," ujar Huong Dinh dari ANU.
Baca Juga: Trump Punya Sebutan Istimewa Buat Haters-nya di Twitter
Terlebih bagi kaum hawa, Dinh mengatakan, perlunya pembatasan durasi kerja maksimal 34 jam per minggu. Sedangkan untuk lelaki, durasi lebih lama karena mereka hanya menghabiskan sedikit waktu untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga.
"Terlepas dari anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang serba bisa, tapi rata-rata mereka dibayar lebih rendah dari laki-laki. Padahal sepulangnya bekerja, perempuan masih harus melanjutkan pekerjaan rumah tangganya," tambah Dinh.
Menurut Dinh, sudah semestinya pihak perusahaan menannggung biaya kesehatan dan memberikan kesempatan pegawainya berolahraga dengan menyediakan fasilitas olahraga di tempat kerja.
"Perusahaan sebaiknya tak hanya memikirkan produksi, tapi juga kesehatan karyawan agar maksimal melakukan tanggung jawabnya," ungkap Dinh. [Zeenews]
Baca Juga: Awas! Jangan Sebut Anak dengan Label 'Anak Nakal', Ini Bahayanya