Suara.com - Buerger, sepintas namanya seperti makanan cepat saji terkenal asal Jerman yakni hamburger atau biasa disebut burger.
Namun, bedanya buerger adalah nama penyakit yang diakibatkan oleh rokok.
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Vital Strategies membuat iklan layanan masyarakat yang mengenalkan beberapa penyakit yang diakibatkan asap rokok.
Iklan berdurasi kurang lebih 30 detik ini menampilkan mantan perokok yang akhirnya terserang stroke, lalu almarhum Robby Indra yang terkena kanker laring akibat kebiasaan buruknya ini, kemudian sosok almarhum Ranap Simatupang yang terkena kanker paru dan Cecep Sopandi yang menderita penyakit buerger.
Baca Juga: Ini yang Bikin Orang Sulit Berhenti Merokok
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr Lily Sulistyowati, mengatakan bahwa iklan layanan maayarakat ini bertujuan untuk memberi gambaran pada perokok aktif untuk mengkahiri kebiasaannya, sebelum rokok mengakhiri hidupnya dengan empat penyakit tersebut.
"Kemenkes tidak putus-putusnya memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat luas terutama tentang rokok. Sebenarnya masyarakat tahu akibat rokok itu besar cuman belum ada niat sungguh-sungguh untuk berhenti merokok," ujar Lily.
Diantara stroke, kanker paru dan kanker laring yang merupakan penyakit akibat merokok, masyarakat tentu masih awam dengan istilah penyakit buerger.
Disampaikan Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K)., selaku Ketua Divisi Penyakit Paru Kerja dan Lingkungan, RSUP Persahabatan, penyakit ini merupakan penyakit langka akibat sumbatan pada pembuluh darah di kaki dan tangan yang bisa menyebabkan kematian jaringan.
"Penyumbatan dan peradangan yang terjadi menyebabkan bagian ujung-ujung anggota gerak kekurangan oksigen, mati, kemudian membusuk. Gejalanya ditandai dengan jari tangan dan kaki yang menghitam karena aliran darahnya tidak ada," ujar dr Agus.
Baca Juga: Ini Bahayanya Sisa Asap Rokok di Dinding dan Perabotan Rumah
Dr Agus menuturkan, motivasi merupakan kunci penting jika seseorang ingin berhenti merokok. Bahkan menurut riset yang dilakukannya, meski perokok sudah diberi obat-obatan untuk berhenti merokok, keberhasilan untuk berhenti hanya 30 persen jika tidak disertai motivasi.