Disarankan untuk Tidak Sarapan Setelah Jam Ini

Ardi Mandiri Suara.Com
Senin, 14 November 2016 | 02:09 WIB
Disarankan untuk Tidak Sarapan Setelah Jam Ini
Ilustrasi sarapan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Instiutu Pertanian Bogor (IPB) Prof Hardinsyah, mengatakan sarapan sehat sebelum jam 9 penting dilakukan sebagai sumber energi sebelum memulai aktivitas pagi hari.

"Sarapan sebelum jam 9 penting, sebagai sumber energi, stamina dan kekuatan agar otak dapat berfungsi dengan baik," kata Hardinsyah, di sela-sela kampanye 'Sarapan Sehat Sebelum Jam 9' di Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Ia menjelaskan, alasan kenapa sarapan sebelum jam 9 pagi, karena satu jam sebelum aktivitas pekerjaan dimulai, kadar gula darah dalam tubuh mulai menurun, untuk mencegah hal tersebut, diperlukan nutrisi yang diperoleh dari sarapan pagi.

"Sarapan pagi sebelum jam 9, dimulai dari bangun tidur sebelum melakukan pekerjaan, atau berangkat sekolah," katanya.

Ketentuan sarapan sehat ada empat, yakni tepat waktu, tepat jenis, tepat komposisi, dan kebersihannya. Sarapan tepat waktu adalah sebelum jam 9, komposisi yang tepat adalah menu sarapan harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin, dan mineral yang bisa memenuhi 1/4 gizi harian.

"Sesuai anjuran agama, makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang," kata Hardinsyah yang juga Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia.

Ia mengatakan, salah satu tugas Pergizi Pangan Indonesia adalah mengedukasi masyarakat Indonesia, membangun kesadaran tentang pentingnya makan dan minum yang baik.

"Pergizi pangan mendukung substansi ilmiah akan pentingnya sarapan," katanya.

Tahun 2010 lanjutnya, ditemukan fakta 7 dari 10 anak Indonesia tidak cukup sarapan.

"Harapan kami dalam waktu lima tahun mendatanb semakin baik kualitas sarapan masyarakat Indonesia," katanya.

Menurut Hardinsyah, sosialisasi dan edukasi sarapan sehat perlu terus dimasifkan, tidak hanya melibatkan satu lembaga, juga kerjasama pemerintah, masyarakat, ahli dan swasta.

Kurun waktu tiga tahun terakhir, sebuah survei terkait gizi dan sadapan di sejumlah kota di Pulau Jawa telah menunjukkan arah positif, terjadi penurunan jumlah kebiasaan tidak sarapan dari angka 60 persen menjadi 40 persen. yang dilakukan "Sosialisasi harus semakin intens dilakukan, antara pemerintah, kementerian kesehatan, ahli, dan swasta. Karena tentang gizi tidak hanya di Pulau Jawa, penduduk Indonesia tersebar dari Sumatera hingga Papau," katanya.

Pergizi Pangan Indonesia bekerjasama dengan PT Mayora Indah selaku produsen Energen telah mengintensifkan kampanye dan edukasi sarapan sehat sebelum jam 9, dan Kota Bogor termasuk dalam 27 kota yang dikunjungan salam kegiatan kampanye tersebut.

"Energi serius mengedukasi masyarakat untuk peduli dan terus membiasakan sarapan sehat bagi keluarga. Ini bentuk komitmen mendukung program pemerintah seperti yang diamanatkan Undang-Undang No 41/2014 tentang pedoman gizi seimbang pasal 6," kata Goesnawan, Marketing Director PT Mayora Indah. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI