Suara.com - Keberadaan media sosial saat ini sudah cukup mengubah hidup manusia, dalam bentuk positif dan negatif. Yang pasti, manusia jadi lebih mudah berinteraksi selama masih ada jaringan internet.
Interaksi yang dilakukan bisa apa saja. Mulai dari mengirim informasi, gambar, video, komentar, saran, hingga kritik. Siapa yang melakukan, tak terbatas, termasuk dari kalangan figur publik.
Pandji Pragiwaksono merupakan salah satu figur publik yang cukup aktif di media sosial. Aktor, penulis, dan komika itu punya blog, akun twitter, hingga Instagram.
Lewat saluran komunikasinya itu, Pandji bisa menyampaikan apa saja. Dan, sama seperti pengguna media sosial lainnya, Pandji juga sering diprotes, dikritik, bahkan dihujat, akibat dari sikapnya di dunia maya atau di dunia nyata.
Suara.com belum lama ini sempat mewawancarai Pandji ihwal bagaimana menanggapi 'serangan' yang datang di media sosial. Kami juga sedikit membahas soal figur publik terutama dari kalangan artis yang baru-baru ini dihujat akibat opininya di media sosial. Berikut ini wawancara singkat bersama Pandji:
Bagaimana Anda melihat figur publik terutama artis yang saat ini mulai menyampaikan opini lewat media sosial?
Setiap orang mau beropini. Kadang orang beropini disukai dan kadang tak disukai, hal yang wajar saja.
Apa sih yang mereka inginkan dengan memberikan opini di media sosial?
Tapi saya bisa pastikan tidak ada niatan buruk dari mereka. Mereka hanya beropini dan mengungkapkan opini yang ada di otak mereka.
Tak semua opini yang disampaikan bisa diterima publik, menurut Anda?
Cuma jika sudah kelewatan mereka harus mengakui dan mau meminta maaf.
Anda juga kadang di-bully gara-gara materi stand up yang dibawakan. Kritikan juga makin deras ketika Anda memutuskan menjadi juru bicara salah satu kandidat di Pilgub DKI 2017. Apa tanggapan Anda?
Biasa aja. Karena kan gini prinsipnya saya kan nyari duit stand up, beropini. Saya nyari duit dari beropini, masa saya nggak boleh melihat orang beropini tentang saya?
Anda selalu legowo menerima serangan dari netizen?
Sekasar apapun itu. Rasanya fair gitu kalau saya beropini tajam dan orang beropini tajam terhadap saya. Justru nggak fair kalau saya nyari duit dari beropini tajam dan orang lain nggak boleh beropini tajam terhadap saya.
Anda tahu siapa saja yang kerap 'menyerang' Anda lewat media sosial?
Saya lihat twitternya dia followers 2 atau 3, jadi saya menilai sebagian adalah oknum, jadi santai aja.
Momen apa yang paling membuat Anda sampai diserang bertubi-tubi di media sosial?
Saya keluarkan tulisan saya pandji.com/ksatriapenyingit di situ sudah saya jelaskan, yang diinginkan kita nggak terjebak dalam rezim orba atau praktek orba, cuma yang harus kita ketahui tuh apa sih nih orba? Apa cuma berhenti di nama cendana? Atau rezim orba tuh berbahaya karena tindakannya? Nah makanya saya tulis tulisan itu.