VX, Realita Zat Pembunuh Kim Jong Nam Vs Fiksi Ala "The Rock"

Ruben Setiawan Suara.Com
Sabtu, 25 Februari 2017 | 07:40 WIB
VX, Realita Zat Pembunuh Kim Jong Nam Vs Fiksi Ala "The Rock"
The Rock dan Kim Jong Nam. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah lama tak terdengar, nama racun mematikan VX mendadak kembali tenar menyusul pernyataan dari Kepolisian Diraja Malaysia, Jumat (24/2/2017), terkait penyebab kematian Kim Jong Nam, kakak tiri penguasa Korea Utara, Kim Jong Un. Ya, nama racun yang digunakan pertama kali pada era Perang Irak-Iran di tahun 1980-an itu kembali mengemuka dan dibahas di berbagai media.

Reputasi mengerikan VX sebagai senjata pemusnah massal ini juga pernah diangkat dalam industri hiburan untuk membuat sebuah film berjudul “The Rock”. Film besutan sutradara kawakan Michael Bay itu dirilis pada tahun 1996, dan dibintangi aktor Nicolas Cage serta aktor gaek Sean Connery.

Film yang mengambil setting salah satunya di penjara lawas Alcatraz ini berkisah tentang sekelompok desertir militer yang menyandera warga untuk meminta tebusan ratusan juta Dolar dari pemerintah Amerika Serikat. Mereka mengancam bakal menembakkan roket M55 berisi VX ke arah kota San Francisco, apabila tuntutan mereka tak dipenuhi.

Film yang diproduksi dengan biaya 75 juta Dolar ini meraup untung besar, yakni 335 juta Dolar. Namun, terlepas dari keberhasilan Michael Bay meramu film action yang laris manis, ada beberapa perbedaan fakta soal VX, antara yang ada di dalam film, dengan kenyataannya.

Dalam “The Rock”, VX dideskripsikan memiliki sifat korosif, yang digambarkan dengan melelehnya kulit korban yang terpapar “nerve agent” ini. Hal itu terlihat pada adegan awal, di mana salah satu tentara desertir yang mencuri VX, mati meleleh, karena terjebak dalam ruangan yang terkontaminasi zat mematikan itu.

Padahal, pada kenyataanya, VX tidak melelehkan kulit mahluk hidup. Racun ini tidak berbau. Ia bekerja dengan cara menghambat kerja enzim tubuh tertentu. Akibatnya, kelenjar dan otot terus bekerja hingga kelelahan dan membuat korbannya mati lemas.

Pada bagian akhir film, ada adegan di mana sang lakon, pakar senjata kimia FBI, Dr. Stanley Goodspeed (diperankan oleh Nicolas Cage) terpapar VX dan nyaris kehilangan nyawanya. Namun, setelah dengan gagah berani menancapkan jarum berisi “atropine” ke bilik jantungnya, Goodspeed terselamatkan.

Prosedur yang dilakukan Goodspeed dikenal dengan istilah “intracardiac injection” atau menyuntikkan jarum ke bilik jantung. Pada kenyataannya, prosedur pemberian penawar VX tidak demikian. Seharusnya, berdasarkan Dokumen Standar Keselamatan Racun Kimia Angkatan Darat AS, injeksi cukup dilakukan secara “intramuscular” atau ke otot (seperti paha). Zat yang disuntikkan pun seharusnya terdiri atas kombinasi atropine dan pralidoxime.

Selain pertentangan fiksi-realita tersebut, kontroversi yang cukup menggelikan juga sempat muncul beberapa tahun setelah film itu dirilis. Sebuah penyelidikan yang dilakukan badan intelijen Inggris, MI6, menguak dugaan bahwa ada agen intel yang menjadikan salah satu adegan film sebagai dasar membuat klaim soal kemampuan Irak dalam menciptakan senjata kimia pemusnah massal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI