Abimana: Rokok Itu Budaya

Sabtu, 27 Agustus 2016 | 09:28 WIB
Abimana: Rokok Itu Budaya
Abimana Aryasatya buka puasa bareng anak-anak yatim di Quran Learning Center (QLC), Jakarta Selatan, Senin (27/6/2016). [suara.com/Nanda]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wacana kenaikan harga rokok di Indonesia menjadi Rp50 ribu per bungkus menuai berbagai tanggapan di tengah masyarakat. Ada yang setuju, ada pula yang merasa berat, khususnya bagi para perokok.

Respon juga datang dari kalangan artis seperti Abimana Aryasatya misalnya. Meskipun tak menyebut secara gamblang apakah setuju atau tidak harga rokok dinaikkan, bintang film Warkop DKI Reborn ini punya pandangan sendiri.

Berikut wawancaranya;

Apa tanggapan anda soal wacana kenaikan harga rokok?

Menurut saya, rokok itu bukan soal masalah ekonomi di Indonesia. Rokok itu sudah jadi budaya, jadi rasanya nggak akan pengaruh.

Maksudnya?

Ya budaya di Asia. Seperti halnya minum teh dan kopi, sudah jadi bagian dari hidup. Sesuatu yang kalau dihilangkan akan terasa aneh.

Jadi harga kenaikan rokok tak akan bawa pengaruh?

Ya rokok nggak perlu mahal, liat petani atau apapun yang mungkin pekerjaan di desa. Selesai kerja mereka tetap ngumpul ngerokok. Kalau dibilang mahal, balik lagi, itu budaya, mereka bisa linting sendiri.

Itu di desa. Bagaimana di kota-kota besar seperti di Jakarta? Apakah ada perubahan?

Mungkin jadi nggak ada yang naro rokok di meja. Dikantongin masing-masing. Tapi kalau perokok berkurang nggak ya kayaknya.

Anda sendiri merokok?

Kebetulan saya lagi berusaha berhenti merokok.

Mau berhenti karena ada wacana kenaikan harga rokok?

Nggak karena ini lah. Memang sudah waktunya aja. Baru seminggu ini nyoba berhenti.

Terus apa apa alasan anda mau berhenti?

Sudah mulai banyak yang terganggu, karena anak-anak udah pada gede dan udah mulai nanyain soal rokok. Jadi saya pikir udah waktunya buat berhenti merokok.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI