Tahun 2018, Indonesia Terancam Impor BBM 100 Persen

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 15 April 2017 | 16:09 WIB
Tahun 2018, Indonesia Terancam Impor BBM 100 Persen
Sejumlah pengendara tampak melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Cikini, Jakarta, Kamis (28/4/2016). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Indonesia tahun depan diprediksi akan mengimpor bahan bakar minyak (BBM) hingga 100 persen. Kondisi ini bisa terjadi jika standar BBM kualitas Euro IV mulai diterapkan.

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, hingga kini tidak ada satupun kilang milik PT Pertamina (Persero) yang bisa memproduksi BBM kualitas Euro IV.

“Ini sangat ironis. Di satu sisi BBM Euro IV sangat baik bagi lingkungan, di sisi lain penyediaan BBM Euro IV akan menjadi kendala,” kata Yusri saat dihubungi Suara.com, Sabtu (15/4/2017).

Baca Juga: Penggunaan Biodiesel Kurangi Impor BBM 2 Miliar Dolar AS

Yusri menjelaskan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) No.P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O, mengharuskan kendaran bermesin bensin mulai menerapkan atau menggunakan BBM jenis EURO IV pada 2018. Sementara untuk jenis diesel baru berlaku pada 2021.

“Sebaiknya mesti ada koordinasi antara Kementerian LHK dengan Kementerian ESDM soal penerapan BBM standar Euro IV. Sebagai kementerian teknis, sudah semestinya Kementerian LHK melibatkan Kementerian ESDM,” ujar dia.

Dia menambahkan, kilang milik Pertamina pun saat ini masih sangat kesulitan untuk memproduksi BBM dengan kualitas Euro II. “Ini apalagi untuk memproduksi BBM kualitas Euro IV,”  ujar dia.

Menurut Yusri, dibutuhkan investasi yang sangat besar untuk melakukan revitalisasi kilang milik Pertamina untuk ditingkatkan kualitasnya agar bisa memproduksi BBM kualitas Euro IV.

“Investasinya bisa ratusan triliun rupiah. Apakah keuangan Pertamina sanggup menanggung itu semua? Apa perlu juga membebankan APBN untuk bisa membuat kilang dengan standar Euro IV?," tutup Yusri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI