Forextime: Rupiah Merosot Karena Khawatir Terpilihnya Trump

Rabu, 16 November 2016 | 12:15 WIB
Forextime: Rupiah Merosot Karena Khawatir Terpilihnya Trump
Suasana transaksi pertukaran nilai mata uang asing terhadap rupiah di salah satu gerai Money Changer di Jakarta, Senin (11/5). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime mengatakan Rupiah terperosok pada perdagangan pekan lalu dengan mencatat penurunan terbesar sejak 2011 karena kekhawatiran tentang terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS memberi dampak negatif pada perdagangan di Asia. Menguatnya USD saat ekspektasi kenaikan suku bunga AS meningkat memiliki peran besar terhadap penjualan Rupiah karena investor bearish memanfaatkan peluang ini untuk mengadakan aksi jual besar-besaran.

"Walaupun prospek ekonomi Indonesia secara umum masih tampak optimistis dengan diberlakukannya UU amnesti pajak, seperti mata uang pasar berkembang lainnya Rupiah dapat semakin melemah karena menguatnya USD membatasi peningkatan nilai tukar," kata Lukman dalam keterangan resmi, Rabu (16/11/2016).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lebih rendah 0.73 persen Senin ini karena kegelisahan terpilihnya Trump mengganggu ketertarikan investor terhadap aset pasar berkembang. Jika efek Trump terhadap pasar berkembang terus berlanjut, Rupiah dan IHSG berpotensi semakin melemah di jangka pendek.

Baca Juga: Forextime: Sensitivitas Pasar Meningkat Menjelang Pilpres AS

IHK Inggris Raya mengecewakan, penjualan GBP meningkat 

GBP tertekan pada perdagangan hari Selasa setelah merosotnya inflasi Oktober yang di luar dugaan memberi peluang bagi investor bearish untuk memperlemah GBPUSD. Pertumbuhan harga konsumen di Inggris Raya kembali menurun ke 0.9 persen bulan lalu dan ini di bawah ekspektasi yaitu 1.1 persen. Penurunan peningkatan harga pakaian dan biaya akademis universitas menjadi penyebab utama perlambatan ini. Walaupun melambatnya inflasi dapat sedikit mengurangi tekanan terhadap Bank of England, melemahnya GBP di tengah isu Brexit dapat memastikan tren positif inflasi Inggris Raya di Tahun Baru mendatang. GBP tetap terganggu oleh kekhawatiran seputar Brexit dan vulnerabilitas harga yang begitu nyata menarik para penjual untuk mengantarkan GBPUSD turun menuju 1.2200.

 Fokus pada penjualan ritel AS

USD mencetak kinerja paling gemilang di pasar valas hari Senin karena peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan optimisme menguatnya pertumbuhan ekonomi AS di bawah pemerintahan Trump memotivasi investor bullish untuk menyerang. Sentimen terhadap USD sangat bullish. Indeks Dolar berkisar di level tertinggi 11 bulan karena para spekulan meningkatkan taruhannya bahwa Fed akan menaikkan suku bunga di bulan Desember. Perhatian akan tertuju pada data penjualan ritel Oktober yang apabila melampaui ekspektasi maka dapat menjadi faktor masukan penting dalam rapat kebijakan Fed Desember mendatang. Dari sudut pandang teknikal, Dollar bulls tetap memegang kendali penuh. Breakout di atas 100.00 untuk Indeks Dolar dapat membuka jalan menuju 100.50. 

Sorotan komoditas - Emas 

Harga emas melemah menuju $1210 pada awal perdagangan pekan ini karena menguatnya USD dan peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga AS mengganggu ketertarikan investor terhadap logam mulia ini. Penutupan mingguan di bawah $1250 menjadi penentu bagi Gold bears dan harga emas dapat semakin merosot apabila efek Trump yang di luar dugaan memberi alasan bagi penjual untuk mengadakan aksi jual berulang kali. Fed Futures menampilkan probabilitas 90% peningkatan suku bunga AS di bulan Desember, kenaikan harga emas menjadi terbatas dan apresiasi harga akan dianggap sebagai pantulan teknikal untuk penurunan lebih lanjut menuju $1200. Dari sudut pandang teknikal, logam mulia ini sepertinya sedang dalam proses pantulan teknikal dengan resistance$1250.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI