Suara.com - Tri Haryanto membuat salah satu keputusan besar dalam hidupnya pada Januari 2011. Dia mengundurkan diri dari perusahaan pertambangan dan pengeboran minyak yang sudah menjadi bagian hidupnya selama 15 tahun. Alasannya sederhana, dia ingin menekuni bisnis keju.
Kecintaan Tri terhadap keju dimulai ketika dia sering mendapatkan tugas ke luar negeri dari perusahaan tempat dia bekerja. Setiap sarapan pagi di hotel, Tri merasakan kenikmatan keju yang beraneka macam rasa di sejumlah negara yang berbeda. Dia pun menjadi ‘kecanduan’ keju.
Ketika pulang ke Indonesia, Tri berusaha mengobati kerinduannya terhadap keju impor itu dengan membeli di toko langganan para ekspatriat. Namun, harganya sangat mahal dibandingkan dengan keju lokal yaitu sekitar Rp70 ribu untuk ukuran 100 gram.
Tri mulai berpikir untuk membuat sendiri keju. Resepnya dicari melalui internet. Dengan modal awal Rp300 ribu, dia melakukan uji coba pembuatan keju setiap hari Sabtu dan Minggu. Hampir setiap akhir pekan, Tri bereksperimen dengan bahan-bahan yang sudah dikumpulkan untuk membuat keju. Baru pada eksperimen ke-42, Tri mulai berhasil menemukan resep yang tepat.
“Saya menghabiskan waktu sekitar 7-8 bulan sampai akhirnya bisa mendapatkan ramuan yang pas dalam membuat keju. Pada akhir Januari 2011, saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus untuk membuat keju,” kata Tri kepada suara.com, akhir pekan lalu.
Menurut dia, bahan untuk membuat keju mudah untuk dicari kecuali enzim penggumpal susu dan bakteri. Kalau pun ada yang menjual, kata Tri, harus dalam jumlah besar. Hingga akhirnya dia berhasil menemukan supplier enzim penggumpal susu dan bakteri yang bersedia menjual dalam jumlah kecil.
“Saya hanya dibantu istri saya dalam menjalankan usaha keju ini. Awaknya, saya mempromosikan keju rumahan buatan sendiri ini di laman jual beli yang banyak dikunjungi oleh netizen. Ternyata, responnya tidak terlalu bagus. Setelah saya cari tahu, ternyata saya salah mempromosikan keju buatan sendiri itu laman jual beli karena pangsa pasarnya yang tidak pas,” jelasnya.
Tri berhasil menemukan mailing list yang anggotanya adalah ibu-ibu yang hobi masak seperti Natural Cooking Club dan Dapur Bunda. Ketika mempromosikan keju buatannya itu, respon yang didapat sangat luar biasa.
“Ibu-ibu yang menjadi anggota milis itu sudah paham tentang keju sehingga mereka langsung tertarik dengan keju buatan saya. Sejak itulah pesanan mulai berdatangan,” jelasnya.
Keju mozzarella produksi Trie’s Cheese – nama perusahaan yang dibuat Tri dalam bisnis kejunya ini – merupakan yang paling banyak dipesan oleh konsumen. Harganya yang murah yaitu Rp27 ribu untuk ukuran 250 gram membuat keju buatan Tri semakin banyak diburu oleh para pecinta keju.
Apa sebenarnya kelebihan keju buatan Tri dibandingkan keju lain yang beredar di pasaran?
“Keju yang saya buat lebuh fresh, karena jarak antara pembuatan dengan penyajian sekitar satu minggu. Ini beda dengan keju impor yang perlu waktu hitungan bulan dari mulai pembuatan hingga disajikan. Selain itu harganya juga kompetitif, 1 kg hanya Rp108 ribu sedangkan keju impor Rp700 ribu per kilogram. Padahal, rasanya tidak kalah dibandingkan keju impor,” ungkapnya.
Tri masih menggunakan Facebook dalam menjual keju buatannya. Bagi anda yang ingin memesan bisa langsung membuka Trie Mastercheese atau bisa memesan dengan cara mengirim pesan pendek ke nomor 0811184380.
“Untuk Jabodetabek, keju yang dipesan bisa langsung diterima dalam waktu 1 hari setelah dilakukan pemesanan melalui kurir,” jelasnya.
Kini, Tri Haryanto (47 tahun) dan istri sudah bisa memproduksi 250-300 kg keju per bulan. Cita-citanya adalah membuka toko offline dan juga membuka agen untuk memasarkan produk kejunya yang paling banyak dipesan yaitu Mozaretri.